Jealousy Incarnate Episode 15 & Preview Episode 16 (2016)
October 13, 2016 •
19 Comments
Dok. gambar dan video © SBS of Korea Selatan
Momen ciuman Hwa-Shin dan Na-Ri terhenti gegara perawat mengetuk pintu ruang ganti untuk mencari Hwa-Shin. Karena tidak terdengar jawaban, ia pun pergi sembari mematikan lampu lorong. Di dalam ruang ganti, Hwa-Shin meminta Na-Ri untuk keluar terlebih dahulu. Namun bukannya langsung berganti baju, Hwa-Shin justru mengajak Na-Ri ngobrol dari dalam. Ia pun sempat khawatir dan hendak keluar saat Na-Ri tidak membalas panggilannya.
“Ini pertama kalinya kamu memanggil namaku seperti itu,” ujar Na-Ri.
“Ayo kita makan malam nanti. Itu pertama kalinya juga, kan?” ajak Hwa-Shin.
“Ya. Kita tidak pernah makan berduaan saja.” jawab Na-Ri.
“Kamu lulus dengan kemampuanmu sendiri. Itu tidak berkat bantuan siapa pun. Kamulah yang berdiri di depan kamera. Jangan merasa menyesal atau berterimakasih. Jadi kamu harus membiarkanku menyelamatimu, oke? Mari kita rayakan bersama. Aku akan.. lupakan makan malam. Ayo kita nikmati ayam dan bir seperti orang-orang lainnya.”
“Itu yang pertama juga.” ujar Na-Ri perlahan.
“Aku boleh minum bersamamu, kan?” tanya Hwa-Shin.
“Aku menyukaimu selama tiga tahun, tapi banyak hal yang baru pertama kali akan dilakukan.”
Hwa-Shin pun lanjut berganti baju, sembari kembali mengajak Na-Ri ngobrol. Namun kali ini kembali tidak ada jawaban dan Na-Ri benar-benar sudah tidak ada lagi di sana. Ia hendak mencarinya keluar rumah sakit, tapi dokter Geum Suk-Ho (Bae Hye-Sun) dan perawat (Park Jin-Joo) mengejarnya dan menariknya masuk ke dalam untuk menjalani terapi terlebih dahulu. Mau tidak mau Hwa-Shin pun menurutinya.
Sekretaris Cha (Park Sung-Hoon) memberitahu perihal Hwa-Shin yang mengalami skorsing dan tidak bisa mengikuti audisi penyiar kepada Jung-Won. Jung-Won jadi gusar begitu menyadari bahwa kemungkinan penyebabnya adalah karena Hwa-Shin membantu Na-Ri. Na-Ri sendiri saat itu sedang melangkah dengan gontai di dekat butik Jung-Won. Namun ia langsung bersembunyi begitu melihat Jung-Won keluar dari butiknya. Di saat yang sama, Hwa-Shin mendatangi butik Jung-Won dan berhenti tidak jauh dari sana. Ia hendak menelpon Jung-Won, namun Jung-Won ternyata menelponnya terlebih dahulu.
“Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan denganmu,” ujar Hwa-Shin.
Na-Ri akhirnya melangkah mendekati mobil Jung-Won, tanpa tahu adanya Hwa-Shin di seberang jalan. Ia mengetuk kaca jendela mobil Jung-Won. Jung-Won menurunkan kaca jendela, lalu langsung mengatakan bahwa ia mencintainya.
“Aku cinta kamu,” ujar Jung-Won untuk kedua kalinya.
Na-Ri terdiam sejenak, lalu berkata, “Aku juga.”
Hwa-Shin yang mendengar percakapan keduanya dari telpon langsung mematikan telponnya.
Di dalam mobil Jung-Won, Na-Ri secara mengejutkan meminta untuk putus dengannya. Jung-Won kaget mendengarnya.
“Apa yang terjadi dengan orang yang baru saja mengatakan ia mencintaiku. Tidak masuk akal.”
“Maaf,” ujar Na-Ri sembari menundukkan kepalanya.
“Kenapa?”, tanya Jung-Won.
“Aku menyukai orang lain.”, jawab Na-Ri.
“Dan kamu mencintaiku juga?”, tanya Jung-Won.
Na-Ri mengiyakan. Jung-Won kaget sekaligus kesal mendengarnya. Ia pun berniat untuk mulai menjalankan mobilnya dan mengantarkan Na-Ri pulang.
“Aku punya dua hati. Bagaimana bisa aku punya dua hati? Bagaimana bisa aku mengencanimu saat aku punya dua hati? Aku mencintai keduanya…”
Jung-Won tidak mau mendengarnya dan membunyikan klakson mobilnya agar Na-Ri berhenti berbicara. Ia lalu mengajak Na-Ri untuk makan malam, namun Na-Ri menolaknya.
“Maafkan aku,” ujar Na-Ri sembari beranjak dari tempat duduknya.
“Jangan keluar,” cegah Jung-Won.
“Aku akan jadi orang yang buruk jika aku melanjutkan. Tidak, aku sudah terlanjur jahat. Aku tidak bisa menyukai kalian berdua. Aku tahu kamu tidak bisa memahamiku. Aku pun tidak bisa memahami diriku sendiri. Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri. Makilah aku dan buang aku bersama dengan sampah. Aku tidak berhak atas cintamu. Maaf. Aku minta maaf.”
Kali ini Jung-Won tidak lagi mencegah Na-Ri keluar. Tak lama kemudian ia menghubungi Hwa-Shin dan memintanya untuk bertemu. Hwa-Shin sempat menolaknya namun Jung-Won terus memaksa sehingga ia meminta Jung-Won untuk menunggu terlebih dahulu karena ia masih ada urusan. Urusan yang dimaksud ternyata adalah menunggu kedatangan Na-Ri di dekat halte bus ‘Rak Pasta’.
Ia langsung menghampiri Na-Ri begitu melihatnya turun dari bus.
“Apa yang kamu pikirkan saat tadi menciumku?” tanya Hwa-Shin. Ia melanjutkan, “Mengapa kamu menciumku?”
Na-Ri hanya terdiam.
“Ada apa dengan tatapan itu? Apakah kamu sudah lupa. Kamu langsung berlari menemui Jung-Won untuk melupakan apa yang sudah kamu lakukan bersamaku beberapa jam lalu, kan? Apakah kamu mencintaiku? Apakah kamu mencintaiku?”
Na-Ri masih tetap terdiam.
“Apakah kamu menciumku meskipun tidak mencintaiku? Apakah kamu mencium orang yang tidak kamu cintai?”
“Aku mencium karena aku jatuh cinta,” jawab Na-Ri tiba-tiba.
“Aku berbicara tentang diriku,” respon Hwa-Shin dengan nada tinggi. “Aku tidak berbicara saat kamu mencium Jung-Won. Ini hanya beberapa jam sejak kamu menciumku.”
“Aku mencintaimu, tuan Lee. Aku mencintaimu.”
Bukannya senang, Hwa-Shin malah terlihat stress.
“Apa kamu bodoh?” tanyanya. “Jawab aku! Apakah kamu bodoh? Kamu pasti benar-benar bodoh. Kamu tidak bisa menjawab apakah kamu bodoh atau tidak. Kenapa aku harus melakukan ini dan menahan siksaan ini untuk orang yang sedemikian bodohnya. Hei, apakah kamu benar mencintaiku?”
“Tidakkah kamu mencintaiku?”
“Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Aku bertingkah gila saat ini karena aku mencintaimu. Apakah kamu benar mencintaiku?”
Na-Ri mengangguk.
“Bagaimana dengan Jung-Won? Bukankah kamu mengatakan pada Jung-Won kalau kamu mencintainya?”
Nai-Ri kembali mengangguk.
“Kamu baru naksir pria hingga sekarang, sehingga jika ada pria yang sedikit baik kepadamu, apakah kamu akan mulai menyukai mereka tanpa peduli siapa mereka? Benarkah itu? Lalu kenapa kamu menciumku? Kenapa? Apakah kamu menciumku lalu mencium Jung-Won di mobilnya.”
“Hentikanlah,” ujar Na-Ri sambil melangkah pergi.
“Apakah kamu mempermainkan kita berdua?” tanya Hwa-Shin sembari meraih lengan Na-Ri. “Bagaimana lagi kamu bisa pergi maju mundur antara aku dan Jung-Won, menciumkan orang yang satu dan mengatakan pada orang yang lain bahwa kamu mencintainya? Apakah itu masuk akal? Aku tidak bisa memahami ini dengan otak cerdas yang aku miliki. Aku tidak bisa memahaminya. Aku tidak bisa!”
“Kalau begitu ayo kita putus,” respon Na-Ri. “Mari berhenti melihat satu sama lain.”
“Apa yang kita lakukan sampai kita bisa putus? Apakah kita berkencan? Kita bahkan tidak pernah memulainya. Aku baru mau memulainya!”
“Tepat. Mari kita tidak memulainya.” balas Na-Ri. “Maafkan aku”.
“Apakah kamu benar menyukai kita berdua?” tanya Hwa-Shin sembari menghela nafas.
“Aku pasti sudah gila.”, jawab Na-Ri.
“Itu bukan karena kamu merasa buruk kepadaku setelah aku tidak bisa mengikuti audisi penyiar? Aku rasa begitu.” tanya Hwa-Shin.
Na-Ri menggelengkan kepalanya. Ia berkata, “Tidak, bukan karena itu. Sebelumnya aku sudah ingin menciummu. Kamu terlihat memikat seharian ini. Hatiku terus berdegup kencang. Ku pikir aku sudah mulai gila. Tapi ketika aku meninggalkan ruang locker, aku merasa seperti aku melakukan hal yang buruk pada Jung-Won. Lalu aku teringat aku pernah menciumnya, lalu aku jadi merindukannya dan merasa aku akan jadi gila apabila aku tidak melihatnya. Dan aku ingin mengatakan kepadanya kalau aku menyukainya. Aku rasa aku akan mati.”
Sumber : http://curcol.co/sinopsis-jealousy-incarnate-episode-15-preview-episode-16-2016-5673
Tidak ada komentar:
Posting Komentar