On Wednesday, 8 July 2015
Novel
“Salah Asuhan” menceritakan tentang Hanafi, seorang bumiputera yang terjebak
dalam adat dan kebudayaan Belanda. Lama bersekolah di sekolah Belanda dan
bergaul dengan orang-orang Belanda membuat Hanafi selalu menganggap buruk adat
budayanya sendiri. Persoalan tentang perbedaan adat budaya timur dengan barat
itu sudah menjadi topik utama perbincangan Hanafi dan Corrie, orang barat yang
merupakan sahabat sekaligus gadis yang dicintainya. Tak jarang mereka
berselisih pendapat mengenai hal itu.
Suatu
hari, Hanafi menyatakan perasaannya pada Corrie. Corrie menjadi kebingungan
dibuatnya. Bukan hanya soal apakah ia mencintai Hanafi atau tidak, tetapi soal
perbedaan adat budaya mereka. Ayah Corrie yang pernah menjalani pernikahan
dengan seorang bumiputera, tidak setuju jika Corrie mengikuti jejaknya itu.
Beliau tahu ada banyak hal sulit yang akan menimpa putrinya jika pernikahan itu
terjadi. Corrie sangat menyayangi ayahnya dan menghormati nasehatnya. Selain
itu, meskipun Corrie juga memendam rasa yang sama dengan Hanafi, Corrie merasa
bahwa hubungannya dengan Hanafi lebih baik sebatas hubungan kakak dan adik
saja. Setelah menulis surat penjelasan kepada Hanafi tentang penolakannya,
Corrie meninggalkan Solok dan pergi ke Betawi.
Kepergian
Corrie membuat Hanafi uring-uringan. Hal ini membuat ibunya khawatir. Setelah
Hanafi mulai tenang, ibu Hanafi membicarakan tentang perjodohan Hanafi dengan
anak mamaknya, Rapiah. Hanafi yang berperangai kasar itu langsung menolak
mentah-mentah. Kemudian ibunya menjelaskan bahwa mereka telah berutang pada
mamaknya. Mamaknya telah membiayai sebagian kebutuhan penting Hanafi dan tidak
ingin dibalas dengan uang melainkan dengan pernikahannya dengan Rapiah. Kalau
bukan karena sayang pada ibunya, Hanafi tidak akan menyetujui pernikahan itu.
Dua
tahun kehidupan rumah tangganya dengan Rapiah, Hanafi tidak pernah sekalipun
menganggap Rapiah sebagai istrinya. Ia tidak mempedulikan Rapiah bahkan
anaknya, Syafei pun tak diurusnya. Rapiah yang bernasib menyedihkan itu
akhirnya menjadi sangat dekat dengan ibu Hanafi layaknya seorang ibu dan anak
kandung. Ibu Hanafi bahkan merasa bahwa dirinya lebih suka jika Rapiah adalah
anak kandungnya dan bukan Hanafi.
Suatu
ketika, tangan Hanafi digigit anjing dan harus dirawat di Betawi. Pergilah
Hanafi ke Betawi untuk tiga minggu. Tapi ternyata lebih dari itu, karena di
sana ia bertemu kembali dengan Corrie yang baru ditinggal mati ayahnya. Setelah
Hanafi mendapatkan persamaan hak seperti orang Belanda dan pindah kerja ke
Departemen BB, ia menulis surat yang menyatakan bercerai dengan Rapiah. Corrie
yang merasa hampa setelah ditinggal ayahnya, menjadikan Hanafi sebagai
pengganti ayahnya dan setuju untuk menikah dengan Hanafi.
Tak
seperti yang diinginkan Hanafi, rumah tangganya dengan Corrie sama sekali tak
bahagia. Corrie merasa terkekang setelah bersuamikan Hanafi. Sikapnya berubah
apalagi setelah dirinya dan Hanafi disisihkan dari pergaulan. Puncaknya ketika
Tante Lien datang ke rumah mereka ketika Hanafi sedang tidak ada, Hanafi
menuduh Corrie berselingkuh setelah melihat abu rokok bekas Tante Lien. Corrie
tidak tahan lagi dan memutuskan untuk bercerai dengan Hanafi lalu pergi ke
Semarang. Tak lama setelah itu, Hanaafi sadar atas kesalahannya dan pergi
menyusul Corrie. Namun, ia mendapati Corrie sedang sakit kolera dan akhirnya
meninggal.
Hanafi
pulang ke Padang, tempat ibunya dan Rapiah berada. Tapi ia masih tidak
diterima. Bahkan Rapiah dan Syafei pulang ke Bonjol sebelum Hanafi berbicara
lebih banyak kepada mereka. Hanafi memang tidak mencintai Rapiah, tetapi ia
merasa bersalah kepada mantan istrinya itu. Sejak kepergian Corrie, Hanafi
menjadi murung dan pendiam. Ibunya pun tak ingin bertanya dan mengungkit masa
lalu. Kemudian Hanafi diajak kembali ke Koto Anau dan memulai kehidupan baru di
sana.
Hanafi merenungkan apa yang telah dilakukannya selama ini. Ia merasa sangat tidak berguna terutama bagi ibunya. Ia hanya membuat orang-orang di sekelilingnya sakit hati. Diam-diam, Hanafi meminum beberapa butir sublimat. Hingga keesokan harinya, tubuhnya lemas. Hanafi dibawa ke rumah sakit. Dokter berkata bahwa waktu yang Hanafi miliki terlalu singkat untuk menyembuhkannya. Hanafi memilih untuk tidak melakukan pengobatan lain dan akhirnya meninggal dunia. Hanafi dikuburkan di Solok setelah sempat menimbulkan perselisihan karena warga Koto Anau tidak menghendaki Hanafi yang sudah ‘masuk’ Belanda dikuburkan di kuburan kampung melainkan di kuburan orang Eropa.
Sumber :https://fariedmiftah.blogspot.co.id/2015/07/novel-salah-asuhan-karya-abdoel-moeis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar