Dunia Cecilia
Blurb:
"Orang bilang, kita akan ke surga setelah mati. Benarkah?"
Malaikat Ariel mendesah, "kalian semua sekarang sudah berada di surga. Sekarang, di sini. Jadi, sebaiknya kalian berhenti bertengkar dan berkelahi. Sangat tidak sopan berkelahi di hadapan Tuhan."
Malam
Natal tahun ini sungguh menyedihkan bagi Cecilia. Ia sakit keras dan
mungkin tak akan pernah sembuh. Cecilia marah dan menganggap Tuhan tidak
adil.
Namun,
terjadi keajaiban. Seorang Malaikat-Ariel namanya-mengunjungi Cecilia.
Mereka berdua kemudian membiat perjanjian. Cecilia harus memberitahukan
seperti apa rasanya menjadi manusia dan Malaikat Ariel akan
memberitahunya seperti apa surga itu.
Cecilia
adalah seorang gadis cilik yang tengah mengalami sakit keras. Kegiatan
sehari-harinya hanyalah berada di kamar, dan hanya mengamati
ornamen-ornamen yang ada di kamarnya, atau membaca Science Illustrated
yang selalu dibelikan ayahnya, atau menulis di Diari Cina miliknya yang
tersembunyi di bawah kolong ranjang. Tapi Cecilia tidak cukup punya
tenaga untuk menulis banyak di diari itu. Tapi dia sudah bertekad untuk
mencatat semua gagasan yang terlintas di benaknya saat ia terbaring di
ranjang. Mereka menyediakan lonceng kecil yang diletakkan di meja
apabila Cecilia membutuhkan sesuatu, sehingga anggota keluarganya akan
datang.
Suatu
pagi di hari Natal, seorang malaikat menyambanginya dan memulai
pertemanan ganjil mereka dengan sebuah sapa, "Nyenyak tidurmu?" Sang
malaikat memperkenalkan dirinya sebagai Ariel. Lantas keduanya berdialog
dan membicarakan banyak hal, hingga mereka membuat kesepakatan untuk
saling menceritakan tentang misteri yang melingkupi kehidupan mereka.
Cecilia harus memberitahukan seperti apa rasanya menjadi manusia dan
Malaikat Ariel akan memberitahunya seperti apa surga itu.
***
Dimulai
dari Ariel, yang begitu ingin tahu bagaimana rasanya meraba, melihat,
mendengar, memiliki penciuman, memiliki indera perasa. Cecilia heran dan
baru mengetahui kalau malaikat tidak bisa merasakan itu semua, membuat
Cecilia yang awalnya menganggap aktivitas itu biasa saja jadi ikut
berpikir juga, bahwa manusia tercipta dengan banyak sekali kompleksitas
yang mahadahsyat. Obrolan mereka pun bergulir ke mana-mana. Seperti
misalnya, "Duluan mana ayam atau telur?" atau "Mengapa malaikat tidak
punya rambut? Apakah mereka selalu memotong kuku?"
Kata
Ariel, manusia dianugerahi hal-hal terbaik dari dua dunia. Mereka punya
ruh dan kesadaran malaikat, juga punya badan yang tumbuh, seperi hewan.
"Aku nggak suka disamakan dengan hewan," protes Cecilia.
"Semua
tumbuhan dan hewan memulai hidup mereka sebagai benih atau sel mungil.
Mula-mula mereka sangat serupa sehingga kau tak bisa membedakan mereka.
Tapi kemudian, benih-benih mungil perlahan berkembang dan menjelma
menjadi segala macam tumbuhan, mulai dari semak berry merah dan pohon
plum sampai manusia dan jerapah. Butuh waktu berhari-hari sebelum kau
bisa melihat perbedaan antara embrio babi dan embrio manusia. Kau tahu
itu?"
Dan dialog yang paling saya suka itu saat mereka membicarakan tentang surga dan Tuhan:
"Aku selalu bertanya-tanya di manakah surga berada," kata Cecilia. "Tak seorang pun astronaut pernah melihat Tuhan atau malaikat."
"Tak seorang pun ahli bedah otak pernah menemukan pikiran di dalam otak. Dan tak seorang pun psikolog pernah melihat mimpi orang lain. Itu tak berarti pikiran dan mimpi tak benar-benar ada di dalam kepala manusia."
Masih
banyak sekali dialog-dialog sarat filosofis sejenis itu. Dan karena
disajikan dalam sudut pandang anak kecil yang rasa ingin tahunya tinggi,
juga oleh malaikat yang akhirnya punya teman yang bisa diajak mengobrol
dan berdiskusi, obrolan ini benar-benar menarik. Sayang sekali,
malaikat Ariel hanya datang saat Cecilia sedang sendiri sehingga bahkan
ketika keadaannya semakin memburuk, ia meminta orang-orang yang
menunggunya untuk pergi.
Akhirnya
memang sudah bisa ditebak bagaimana, tapi yah... tetap saja, perjalanan
menuju akhir itu menyimpan banyak perenungan tentang keajaiban alam
semesta, tentang manusia dan segala keajaiban yang ada di dalam dirinya.
Ironisnya lagi, cerita disampaikan dari sudut pandang Cecilia, seorang
anak kecil yang sedang mengalami sakit keras.
Yang
disayangkan, ini kenapa Mizan pada latah mengubah judul novelnya
Jostein Gaarder pasca Dunia Sophie, pada diganti dengan "dunia" semua di
depannya ya? Dunia Anna, nah sekarang Dunia Cecilia yang sebelumnya
pernah diterbitkan dengan judul "Cecilia dan Malaikat Ariel". Entah
mengapa saya suka judul aslinya "Through The Glass, Darkly" yang menurut
saya lebih filosofis. Karena kita memang menatap "dunia lain" tersebut
seperti menatap cermin yang buram. Namun bukan berarti tidak ada. Konsep
ketuhanan, malaikat (meskipun saya tidak yakin malaikat yang
sesungguhnya itu seperti yang digambarkan oleh Jostein Gaarder melalui
Ariel-nya, namun saya percaya bahwa malaikat itu ada), proses
penciptaan, dan lain sebagainya yang tidak dapat dipikirkan secara
nalar, itu benar-benar ada. Seperti dialog Cecilia-Ariel di atas: Tak
seorang pun ahli bedah otak pernah menemukan pikiran di dalam otak. Dan
tak seorang pun psikolog pernah melihat mimpi orang lain. Itu tak
berarti pikiran dan mimpi tak benar-benar ada di dalam kepala manusia.
Konsep
ide ceritanya pun menarik, dengan memberikan perbedaan yang spesifik
dan mendasar antara malaikat dan manusia dengan membuat si malaikat
tidak memiliki apa yang melekat dalam diri manusia. Sebenarnya alangkah
inginnya saya membicarakan malaikat dalam perspektif Islam, namun apa
daya ilmu saya tidak sampai. Tapi di sini, karena tokoh fantasinya Opa
Gaarder dibuat sedemikian rupa, membuat kita para pembaca (mungkin saya
saja sih) kembali bercermin, tapi tidak melalui cermin yang buram, bahwa
dialog dan ide yang diangkat sebenarnya membuat kita harusnya mengenali
diri kita sendiri lagi. Jadi ingat ungkapan populer Arab (dan ini bukan
hadits lho, by the way), “Barang siapa yang mengenal dirinya, maka dia
akan mengenal Tuhannya,” memiliki makna yang mendalam bahwa kalau kita
mau melihat keajaiban Tuhan, coba deh lihat ke diri kita sendiri dulu.
Dan
sebagai penutup review ini, masih berhubungan dengan kalimat terakhir
saya di atas, ada satu lagi kutipan menarik dari buku ini, tentang
pertanyaan Cecilia mengenai apakah malaikat bisa melihat Tuhan.
Sumber ; http://resensibukunisa.blogspot.co.id/2015/08/dunia-cecilia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar